Home » » Intel Core 2 Duo E5700 vs Celeron G 550: Pertarungan Prosesor Antar Generasi

Intel Core 2 Duo E5700 vs Celeron G 550: Pertarungan Prosesor Antar Generasi

Pada jaman nya Core 2 Duo mampu merajai pasaran prosesor di Indonesia. Sampai kini pun masih banyak pengguna yang setia menggunakan produk Intel ini. Apakah ini karena kesetiaan pada tipe prosesor tertentu ataukah karena keterbatasan dana? Kenyataannya banyak pengguna sistem berbasis Core 2 Duo masih setia dengan sistem dikarenakan mereka merasa tidak mumpunyai pilihan (baca:dana) untuk berpindah ke sistem lainnya.
Ketika salah satu komponen dari sistem mereka harus dengan terpaksa mengakhiri umurnya, solusi yang terpikirkan hanyalah mengganti komponen tersebut dengan komponen yang sama. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana sebuah sistem yang sudah dinyatakan EOL (End Of Life) masih mendapatkan support komponen? Jawabannya adalah permintaan pasar, selama permintaan barang-barang tersebut masih ada maka pasar akan senang hati menyediakannya. The great law of economy at work: Supply and Demand.
Efek dari fenomena ini adalah produk baru yang hadir dipasaran seakan tidak dilirik. Prosesor baru yang memiliki arsitektur lebih efisien dan optimal dari pendahulunya dikesampingkan karena keenggan beralih dari produk lama karena faktor ketersediaan barang dan dana. Sebuah pendapat yang sedikit tidak masuk akal bukan? Pada artikel ini kami ingin sedikit menyajikan sebuah eksperimen dimana sebuah sistem berbasis Core 2 Duo disandingkan dengan sebuah sistem berbasiskan prosesor Intel generasi ke 2 yaitu Sandy Bridge. Bagaimana hasil dari pengujian kecil kami ini? Simak artikel berikut ini!

Prosesor “Juara Bertahan”: Core 2 Duo E5700

Pada saat prosesor LGA 775 merajai pasaran Indonesia, prosesor ini merupakan salah satu favorit para pedagang di pusat-pusat perakitan komputer di Jakarta. Sampai saat ini E5700 masih menjadi favorit diantara pengguna sistem yang berbasis Core 2 Duo atau pengguna yang masih mempunyai motherboard socket LGA 775 yang masih bekerja dengan baik.

Prosesor Penantang: Celeron G 550


Kata Celeron memiliki stigma yang cukup negatif dimata pengguna. Jika kata ini tercantum didalam sebuah prosesor maka pengguna akan berasumsi bahwa produk yang didapatkan adalah sebuah produk yang lambat. Jika ditelusuri stigma ini dimulai dari “akal-akalan” penjual komputer di era Pentium 4. Kala itu mereka menjual produk yang dilabeli Pentium 4-Celeron walaupun sebetulnya prosesor tersebut merupakan Celeron yang memiliki arsitektur Pentium 4 tetapi dengan spesifikasi yang sangat-sangat dikebiri. Para pembeli mengharapkan performa dari Pentium 4 tetapi yang didapatkan tidak seperti yang diharapkan. Sejak itulah Celeron dicap sebagai prosesor yang lambat dan apapun yang menggunakan label Celeron akan dicap sebagai produk gagal.
Kini Celeron kembali hadir, tentunya dengan arsitektur baru dan kemampuan yang berbeda dengan pendahulunya. Kali ini Celeron yang kami hadirkan mengusung teknologi prosesor generasi kedua dari Intel.Walau mengusung clock speed yang sedikit lebih rendah, tetapi arsitektur yang digunakan tetaplah Sandy Bridge. Telah terbukti dalam beberapa kali pengujian arsitektur ini tidak dapat dipandang sebelah mata.
Mengapa kami memilih prosesor ini untuk ditandingkan dengan E5700? Alasannya adalah harga. Berdasarkan price list yang dicantumkan toko online di Indonesia prosesor ini dihargai sebesar 500 ribu rupiah dalam keadaan box, jika dalam bentuk tray prosesor ini diharga sebesar 350-450 ribu. Jika dibandingkan dengan sebuah E5700 dalam keadaan baru dihargai sebesar 600-700 ribu dalam keadaan atau pun box, maka terlihat perbedaan harga yang lumayan besar. Selisih harga tersebut bisa dianggap sebagai tambahan dana bagi mereka yang mempertimbangkan untuk beralih dari sistem LGA 775 ke LGA 1155.

Komparasi Spesifikasi


Jika kita spesifikasi kedua prosesor dapat kita temukan beberapa persamaan dan perbedaan. Clock speed yang diusung oleh E5700 lebih tinggi sebesar 400 MHz, ini mungkin dianggap sebagai kelemahan dari Celeron G550, tetapi perlu diingat bahwa arsitektur yang digunakan adalah Sandy Bridge. Diantara persamaan yang dimiliki diantara kedua adalah TDP dan jumlah core yang dimiliki. Keduanya adalah prosesor dual core yang memiliki TDP 65 Watt.

Perbedaan yang cukup berarti terletak pada GPU terintegrasi yang dimiliki kedua sistem. Jika Celeron G550 memiliki graphic terintergrasi yang diwarisinya dari arsitektur Sandy Bridge, walau tentunya dengan kemampuan yang jauh dibawah GPU terintegrasi yang dimiliki pada prosesor Sandy Bridge lainnya, maka E5700 tidak memiliki GPU integrasi didalam prosesornya. Kemampuan GPU terintegrasi pada prosesor ini bergantung pada GPU yang tertanam didalam chipset motherboardnya.

Chipset: H61 vs G41


Salah satu komponen dari sebuah sistem adalah motherboard. Untuk pengujian kali ini kami memilihkan motherboard dengan chipset yang tepat dengan sistem yang akan diuji. Untuk  Celeron G550 dipasangkan dengan chipset H61. Chipset ini kami pilih karena harganya cukup bersahabat dengan kantong. Untuk sistem berbasis LGA 775 kami pilihkan sebuah chipset yang cukup populer dieranya yaitu Intel Chipset G41. Chipset ini memiliki graphic terintegrasi sehingga menjadi padanan yang pas untuk pengujian ini.

Pengujian

Platform Pengujian :
  • Prosesor : Intel Core 2 Duo E5700, Intel Celeron G550
  • Motherboard : Motherboard berbasis chipset H61 dan G41
  • Memory : 4 GB
  • Storage : Harddisk 160 GB
Untuk menguji  performa kami memilihkan beberapa program yang kami rasa cukup pantas untuk menjadi indikator kemampuan masing-masing prosesor. Program yang kami dipilihkan antara lain adalah:
- Pro Evolution Soccer 2013
- DIRT 3
- Adobe Photoshop CS6

Pro Evolution Soccer (PES) 2013

Salah satu game yang kami pilih untuk pengujian ini adalah Pro Evolution Soccer 2013. Mengapa PES 2013? Karena game inilah yang menjadi indikator kemampuan nomor satu yang diminta oleh para pengguna. Tidak peduli pada game seperti Battlefield 3 atau Crysis 3, game pertama yang ditanyakan oleh seorang calon pembeli pada penjual adalah PES 2013. “Apakah bisa memainkan PES 2013? “, pertanyaan itulah yang paling sering kami dengar ketiga sebuah sistem sedang diuji. Kali ini kami “mencoba” mendengarkan keinginan dari pembaca dan menyertakan game ini dalam pengujian.



Pengujian kami lakukan dengan bermain game tersebut selama satu babak. Hasil pengujian berdasarkan log dari FPS yang didapatkan pada permainan satu babak tersebut.

Ketika diperhatikan grafik dari pengujian diatas terlihat sedikit janggal. Jika diperhatikan walau kedua prosesor mampu mempertahankan yang playable, kadang-kadang telihat penurunan FPS yang drastis. Hal ini sebabkan oleh game PES 2013 itu sendiri. Pada saat menampilkan instant replay game tersebut secara langsung menurunkan FPS. Mekanisme game PES 2013 akan menurunkan FPS saat menampilkan instant replay yang memunculkan adegan-adegan yang diputar dalam keadaan slow motion. Berdasarkan pengujian diatas terlihat dengan GPU apa pun kejadian ini akan tetap terjadi.

Pada pengujian yang hanya berkonsentrasi pada gameplay (tidak menyertakan instant replay) terlihat Celeron G550 mampu unggul sebesar 34% diatas E5700. Sekali lagi terbukti arsitektur dari Sandy Bridge tidak dapat dipandang sebelah mata.

DIRT 3

Siapa yang tak kenal dengan game racing yang satu ini? Dirt 3 menjadi salah satu game racing yang cukup populer di kalangan pc gamer. Untuk pengujian game ini kami menggunakan bencmark internal yang tersedia.


Untuk pengujian game racing dimana FPS yang tinggi adalah sebuah keharusan, terlihat sekali lagi Celeron G550 mampu unggul dari pesaingnya. Kali ini keunggulan yang didapatkan terlihat cukup besar. Perbedaan performa 61% diatas pesaingnya kembali didapatkan berkat arsiktektur yang lebih matang dan lebih optimal dibandingkan pendahulunya.

Adobe Photoshop CS6

Photoshop CS6 merupakan aplikasi manipulasi gambar versi terbaru dari Adobe. Kami masih menguji menggunakan Action bernama Photoshop Speed Test yang telah sedikit kami modifikasi untuk lebih mencerminkan operasi-operasi yang biasa dilakukan apabila bekerja dengan Photoshop.



Pengujian kali kami konsentrasikan padaprocessing power yang dimiliki oleh kedua prosesor diatas. Terlihat hasil pengujian menunjukkan Celeron G550 mampu unggul sebesar 11% diatas E5700. Jika dibandingkan dengan kedua pengujian terdahulu keunggulan G550 kali ini tidak terlalu besar. Satu hal yang perlu diingat adalah clock speed yang diusung oleh Celeron G550 lebih rendah 400 MHz dari E5700. Sepertinya kali ini clock speed yang tinggi tidak memastikan performa yang lebih kencang. Arsitektur yang lebih matang dan optimal adalah kunci dari performa yang lebih cepat.

Konsumsi Daya
Pengukuran yang dilakukan pada pengujian adalah konsumsi daya sistem. Ini dilakukan dengan menggunakan instrumen pengukur daya (Watt Meter).





Jika disimak dari 3 hasil pengujian diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa Celeron G550 unggul diatas E5700. Tentunya performa ini pasti memakan daya yang lebih besar. Ternyata tidak! Walau kedua prosesor diatas memiliki TDP 65 Watt tetapi Celeron G550 telah menggunakan fabrikasi 32nm, sehingga daya yang dikonsumsi akan lebih rendah.

Kesimpulan


Kami memulai pengujian ini dengan tujuan untuk menyajikan alternatif bagi para pengguna yang sistem LGA 775. Banyak pengguna sistem tipe ini yang enggan beralih walaupun sistem yang mereka gunakan telah mencapai akhir umurnya. Walau tersedia alternatif yang lebih masuk akal untuk upgrade, karena reputasi yang tertempel pada beberapa tipe hardware tertentu maka keengganan upgrade tetap saja ada. Melalui pengujian ini kami berharap untuk menghilangkan mitos yang meliputi sebuah prosesor Celeron dan menyajikannya sebagai alternatif upgrade berikut Anda.
Serangkaian pengujian yang kami lakukan telah membuktikan bahwa dalam “perang” prosesor antar generasi ini Celeron G550 menjadi pemenang mutlak. Terbukti bahwa prosesor ini lebih kencang, lebih murah dan lebih hemat daya dari prosesor pendahulunya. Kembali lagi terbukti bahwa arsitektur Sandy Bridge cukup “menyeramkan”. Walau telah dikebiri tetapi performa yang diusung masih lebih kencang daripada pendahulunya.
Salah satu keunggulan menyajikan sistem berbasis Celeron G550 adalah kompatibilitas chipset yang diusung motherboardnya. Dengan chipset yang sama Anda dapat menggunakan prosesor Intel di kelas lainnya seperti Core i3,i5 atau pun. Bahkan chipset tersebut masih kompatibel dengan prosesor dengan arsitektur Ivy Bridge. Motherboard bisa jadi inventasi yang menarik karena masih memiliki rentang upgrade yang cukup lebar.
Kami berharap dengan artikel ini, nama Celeron tidak lagi dicap sebagai lambang dari sebuah produk gagal. Shakespeare pernah berkata “Apalah arti dari sebuah nama”, mungkin inilah analogi yang baik untuk prosesor Intel yang satu ini. Sebuah nama tidak akan pernah mencerminkan performa, pengujianlah yang membuktikan semua itu. Jangan pernah percaya sesuatu produk itu jelek sampai Anda membaca review dari produk tersebut.

jagatreview.com

2 komentar:

  1. Nice Info Jangan Lupa Kunjungi Blog Saya http://aikawafaith.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. maaf disini saya mengajukan sebuah komentar tentang sebuah perbandingan prosesor intel core 2 duo E5700 dengan intel celeron G550 di sini perbandingan nya karena prosesor intel core 2 duo E5700 menggunakan motherboard LGA775 sedang intel celeron G550 menggunakan motherboard LGA1155 dikarenakan motherboard LGA 775 mempunyai 775 pin soket prosesor lebih sedikit sedangkan motherboard LGA1155 mempunayai 1.115 pin soket prosesor lebih banyak itu karena Kinerja motherboard sangat tergantung pada kinerja sebuah prosesor dan sebuah prosesor sangat tergantung pada socket yang mendukungnya....

    BalasHapus

 
Support : Blog Teknologi dan Komputer Copyright © 2013. Pisisuka - All Rights Reserved
Template Created by Mahendra Rama D P Proudly powered by Blogger